“Mari Jo Jaga Torang pe Budaya”
Sulawesi Utara latar
belakang Budaya Yang Cukup Baik Dan
Memiliki Nilai Tinggi Di Mata Dunia.
Dari Hasil
Pemantauan Saya Yang ada Disekolah-Sekolah Di Sulawesi Utara Termasuk Sekolah SMK Yadika Manado Yang Bisa
Melestarikan Seni Tari Pingkan-Matindas Yang Berasal Dari
Minahasa
Yang Belum Diketahui Sebagian Banyak orang.
Beberapa Seni,Budaya Yang ada Di SULUT
-Pingkan-Matindas
Cerita Tentang Asal Mula
Pingkan-Matindas
Alkisah, ada
seorang perempuan minahasa yang sangat dikagumi banyak orang karena memiliki
kecantikan yang sangat luar biasa elok parasnya dan baik hati. Kecantikannya
sudah terlihat sedari dia masih kanak- kanak sehingga waktu dewasa banyak
pemuda yang ingin mempersuntingnya. Namanya adalah Pingkan. ketika pingkan
masih berumur 12 tahun dia mengalami sakit keras, penyakit yang cukup sulit
untuk di mengerti orang hingga sulit untuk di obati (gurumi). Lalu datanglah
seorang pemuda dan menolongnya, dia tidak lain adalah Matindas.
Pada waktu orang
tua pingkan melihat matindas, ada sesuatu yang lain dari diri pemuda itu dan
yakin bahwa dia mampu menyembuhkan pingkan, ketika pingkan mulai sembuh
takjublah mereka dan mengucapkan banyak terima kasih.Waktu terus berjalan,
sehingga pingkan dan matindas mulai saling mengasihi dan akhirnya menikah. Satu
hari, sebuah patung yang dibuat matindas yang menyerupai istrinya hilang
dikarenakan ia pergi bernelayan. Dan sialnya lagi pada waktu itu bangsa
mindanau yang dikenal perampok sedang menyerbu tanah minahasa bagian pesisir
pantai sehingga matindas tertawan oleh mereka. Istrinya pingkan tidak
mengetahui hal tersebut, ia berpikir suaminya pergi untuk mencari nafkah.
Dengan sabar pingkan menunggu suaminya dengan sukacita, ia memang istri yang
sangat baik, masyarakat sekitarpun senang akan pingkan karena kebaikan pingkan
sudah dikenal oleh orang- orang banyak sedari pingkan kecil dulu. Matindas
beruntung beristrikan pingkan, semakin hari cinta mereka semakin besar. Pingkan
tidak pernah mengeluh oleh keadaan hidupnya bersama matindas, ia berkata
matindas memang orang yang sangat miskin kerena latar belakang hidup matindas
yang tidak mempunyai saudara dan sudah ditinggalkan oleh orang tuanya.Namun
alasan itu tidak menyurutkan perasaan pingkan untuk hidup bersama- sama
matindas didunia ini. “Kekayaan dan kemulian, boleh hilang sebentar saja,
tetapi kasih sayang pingkan kepada matindas takkan hilang dirundung waktu”.
Tiada dengan matindas, pingkan serasa mati lekas.
Tanpa sepengetahuan
pingkan, patung hilang yang mirip akan dirinya itu telah ditemukan oleh seorang
nelayan. Patung itu telah diserahkan kepada seorang Raja dari bolaang mongondow
yang bernama Loloda Mokoagow. Raja itu sangat tertarik dengan patung yang
diterimanya, sampai- sampai istri- istrinyapun tidak dihiraukan lagi. Suatu
ketika ia bermimpi tentang seorang wanita yang menyerupai patung itu, dan ia
sangat terpesona dengan pingkan. Kemudian ia menyuruh perajurit- perajuritnya untuk
mencari wanita itu. Setelah perajurit- perajurit raja itu menemukan pingkan,
mereka membujuknya yang diwakili oleh seorang yang bernama Sora (penasihat Raja
yang sangat gila harta) untuk menemui raja Loloda. Tapi sangat disayangkan
pingkan tidak menghiraukan semua yang dikatakan oleh perajurit raja. Karena dia
menanggap cinta tidak bias dibeli dengan uang, peristiwa inipun diceritakan
pingkan kepada suaminya yang telah bebas dari tawanan dan dengan sangat
beratnya pelarian diri dari bangsa mindanau itu. Matindas sangat terharu dan
mengijinkan pingkan istrinya untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinyadan
mereka berdua. Tetapi pingkan tetap pada pendiriannya dan matindaslah yang
terbaik bagi kehidupannya baik masa lalu, sekarang bahkan sampai selama- lamanya.
Kemudian mereka pindah ke Maaron (daerah sekitar wilayah kema, Minahasa utara)
dan disanalah mereka hidup bahagia dan matindas menjadi Tonaas disana.
(Oleh : CHANDRA. D.
ROOROH)
Budayawan,
Pemerhati Masyarakat Adat Minahasa
-Tari Maengket
Maengket adalah paduan dari sekaligus seni tari, musik dan nyanyi, serta
seni sastra yang terukir dalam lirik lagu yang dilantunkan. Sejumlah
pengamat kesenian bahkan
melihat maengket sebagai satu bentuk khas sendratari berpadu opera. Apapun, maengket memang merupakan sebuah adikarya kebudayaan puncak yang tercipta melalui proses panjang penyempurnaan demi penyempurnaan.
Maengket sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu nenek moyang Minahasa,
maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair/sastra lagunya.
Maengket terdiri dari 3 babak, yaitu :
- Maowey Kamberu
- Marambak - Lalayaan. Maowey Kamberu adalah
suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak. Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan (mapalus), rakyat Minahasa bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampung diundang dalam pengucapan syukur. Lalayaan adalah tari yang dilakukan saat bulan purnama Mahatambulelenen, para muda-mudi melangsungkan acara Makaria’an mencari teman hidup/pendamping Hidup
melihat maengket sebagai satu bentuk khas sendratari berpadu opera. Apapun, maengket memang merupakan sebuah adikarya kebudayaan puncak yang tercipta melalui proses panjang penyempurnaan demi penyempurnaan.
Maengket sudah ada di tanah Minahasa sejak rakyat Minahasa mengenal pertanian terutama menanam padi di ladang. Kalau dulu nenek moyang Minahasa,
maengket hanya dimainkan pada waktu panen padi dengan gerakan-gerakan yang hanya sederhana, maka sekarang tarian maengket telah berkembang teristimewa bentuk dan tarinya tanpa meninggalkan keasliannya terutama syair/sastra lagunya.
Maengket terdiri dari 3 babak, yaitu :
- Maowey Kamberu
- Marambak - Lalayaan. Maowey Kamberu adalah
suatu tarian yang dibawakan pada acara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, dimana hasil pertanian terutama tanaman padi yang berlipat ganda/banyak. Marambak adalah tarian dengan semangat kegotong-royongan (mapalus), rakyat Minahasa bantu membantu membuat rumah yang baru. Selesai rumah dibangun maka diadakan pesta naik rumah baru atau dalam bahasa daerah disebut “rumambak” atau menguji kekuatan rumah baru dan semua masyarakat kampung diundang dalam pengucapan syukur. Lalayaan adalah tari yang dilakukan saat bulan purnama Mahatambulelenen, para muda-mudi melangsungkan acara Makaria’an mencari teman hidup/pendamping Hidup
- Masamper/Pato-pato
.
Tarian Masamper dikenal juga dengan sebutan tarian pato-pato.Tarian ini
merupakan Tarian Khas Daerah Sangihe Talaud. Tari Masamper adalah sebuah
seni menyanyi dan menari khas masyarakat Sangihe Talaud, Sulawesi
Utara. Tari Masamper dibawakan oleh kelompok penari sekaligus penyanyi.
Setiap kelompok diberi aba-aba oleh seorang pemimpin yang disebut
“Pangantaseng” . Tarian ini dinyanyikan oleh sekelompok orang dengan
formasi utama menghadap ke satu arah, yakni ke arah penonton sambil
menari di tempat. Tarian ini sangat mengedepankan pada seni menyanyi.
Ada banyak nyanyian yang dinyanyikan, di antaranya Bawowo, Kakalanto,
dan Kakulumpang. Lagu yang dibawakan tidak melulu bercerita mengenai
hubungan manusia dan manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan
dan alam sekitar.Kesenian Masamper umumnya dibawakan dalam acara seperti
upacara adat, perayaan hari keagamaan, pesta pernikahan, dan hari
ulang tahun. Pangantaseng bertugas memeberikan aba aba kepada anggota
anggota yang lain, gerakan dan lagu apa yang dibawakan. Peserta Masamper
wajib menguasai banyak lagu masamper sekaligus karena kesenian ini
dibawakan secara estafet atau nonstop. Masamper biasanya dibawakan
secara spontanitas dan sering berlangsung semalam suntuk. Tidak ada satu
lagupun yang diulang dalam menari masamper. Di beberapa tempat,
kesenian ini masih terpelihara dengan baik. Banyak event lokal yang
dimeriahkan dengan atraksi menarik rentak tari dan lagu Masamper.
Terutama pada ulang tahun Kota ataupun pada Natal atau Tahun baru. Ada
semacam tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang, yaitu berkunjung
ke rumah-rumah yang dilakukan oleh kelompok kesenian masamper. Di setiap
rumah yang disinggahi, kelompok tersebut akan membawakan setidaknya
lima buah lagu Masamper. Pagelaran Masamper Massal dalam rangka
memperingati HUT ke-62 RI pernah memecahkan Rekor MURI. 20 Group
Masamper yag berasal dari Sekitar Wilayah Sangihe itu menyanyikan 2029
lagu.
-Musik Kolintang
Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.
Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.
Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas.
Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.
Semoga Artikel Yang Saya Berikan Membuat Kita Semua Untuk Terus Menjaga Dan Melestarikannya.
Silakan Ikuti Lomba Blog Dalam Rangka Melestarikan Seni Dan Budaya Kita Termasuk Sulawesi Utara
-Baca Dulu Ketentuannya/Syarat
-Formulir Registrasi
Kunjungan dan komentar perdana nih, salam baku dapa
ReplyDeleteMakasih Om Ronny So Pasiar ^^
ReplyDelete